Visione.co.id-Sangat menyenangkan bisa hidup di abad 21 ini. Makan, minum, berlari, membaca, dan segudang aktivitas lainnya dilayani mesin secara cepat. Kita dapat mengakses, melihat dan menyaksikan semua persitiwa yang terjadi dibelahan bumi bagian lain secara cepat. Dunia seakan menyempit--ruang dan waktu seakan menghilang. Wajar jika para ahli menyebut bumi ini sebagai ‘global village’ atau kampung global.
Kita juga dengan mudah mengintip Eropa, Jepang, Amerika, Korea dan daerah lainnya, hanya dengan ketik key word dan search maka ribuan bahkan jutaan link langsung bermunculan di depan mata. Sungguh mengasikan, bukan? Tidak heran jika kemudian segala produk budaya baik dari timur maupun barat saling bertukar satu sama lain tanpa batas.
Semua budaya tanpa filter bisa didapatkan dengan mudah. Kini hadir budaya K-Pop sebagai antitesa budaya yang sedang digandrungi remaja kekinian. Budaya yang menjalar mulai dari cara berbicara, berbusana, bersikap bahkan bergaul. Budaya ini mengajarkan cara berpakaian sebut saja emostyle, Costplay, Koreanstyle, dan lainnya. Semuanya punya titik unik, berbeda, dan menarik. Kita akan disuguhkan pula cara party atau pesta (standing party). Lalu All night party menyajikan musik menghentak riang sepanjang malam sampai pagi menjelang. Tak pelak sex party dan pesta bujang yang mengumbar nafsu birahi semata. Naudzubillahimindzalik.
K-Pop sendiri berasal dari Korea Selatan. Tapi dalam istilah media Tiongkok banyak dikenal dengan Hallyu. Hallyu sendiri merujuk pada budaya Korea, meliputi film, drama seri, musik, dan fashion yang berhasil mempengaruhi negara-negara lain (Hadwisia Septiyarti: 2011:16).
Dalam perkembangannya, Korea terus mencapai kesuksesan dalam memasarkan produk budaya mereka. Salah satu diantara yang paling spektakuler beberapa tahun terakhir adalah kesuksesan Psy dalam memopulerkan GangnamStyle, tidak kurang 2.293.849.443 kali video ini sudah diputar sampai dengan 6 April 2015 di situs video Youtube.
Apa Sebenarnya Yang Remaja Butuhkan?
Remaja di Indonesia menjadi salah satu konsumen gelombang K-Pop. Kita banyak melihat remaja di Indonesia sudah banyak tertular gelombang K-Pop bahkan dari mereka sudah kehilangan identitas dan terseret serta terombang-ambing tak tentu arah ditengah derasnya arus K-Pop. Erikson dalam William Crain (2007: 441) menyebutkan bahwa tugas utama remaja adalah membangun pemahaman baru mengenai ego identity (identitas ego)–sebuah perasaan tentang siapa dirinya dan apa tempatnya di tatanan sosial yang lebih besar. Erikson beranggapan wajar jika terkadang remaja harus memasuki periode moratorium psychosocial (sejenis periode penarikan diri dan bereksperimen untuk menemukan diri sendiri) terlebih dahulu.
Lalu William Glaser dalam latipun (2010: 100) seorang ahli konseling realita mengungkapkan bahwa identitas keberhasilan (Success identity/ identitas yang dianggap sukses atau baik) hanya bisa dikembangkan dengan baik jika individu–termasuk remaja—dapat memenuhi dua kebutuhan dasarnya yaitu mengetahui bahwa setidaknya seseorang mencintainya dan dia mencintai setidaknya seseorang; dan memandang dirinya sebagai orang yang berguna selain secara stimulan berkeyakinan bahwa orang lain melihatnya sebagai orang yang berguna.
Bisa dibayangkan jika remaja dengan segala kebutuhannya dalam tahap perkembangan yang dilaluinya tidak diberi wahana yang baik untuk mengembangkan diri. Maka yang terjadi mereka banyak sekali berpikir sterotip akan keingin tahuan tentang apa yang dilakukan orang dewasa. Misalnya saja terdengar ucapan, “Apaan sih, ini urusan orang dewasa! Bocah ingusan seperti kamu tak perlu ikut camur” atau kalimat “Sudah jangan ikut campur nanti kalau sudah sampai waktunya kamu akan tahu sendiri!” dan sederet kalimat lain yang membombardir.
Tidak salah jika ada batasan tentang apa yang menjadi tanggung jawab remaja. Dan apa yang harus dilakukannya ketika menjadi orang dewasa. Namun, jika mereka selalau dibatasi tanpa pernah diberi penjelasan rasional maka tentu akan timbul penyesuaian diri yang salah (maladjustment) dalam mencari jawaban atas kegusaaran mereka.
Bagaimana Islam Mengatur ini semua?
Islam sebagai agama yang hanif sesuai QS Asy-Syams [91]: 7-10 tidak pernah meninggalkan aspek apapun dalam kehidupan manusia, termasuk problema yang dihadapi remaja. Lalu sebenarnya apa yang harus dilakukan para remaja untuk mengatasi gejolak derasnya arus yang datang? Banyak langkah yang bisa dilakukan agar generasi muda tidak larut dalam pusaran arus yaitu diantaranya: Pertama, kuatkan tauhid, ajarkan Islam sejak sekarang. Tanamkan dalam jiwa remaja kesadaran bertauhid dan ibadah sebagai sebuah pintu kemuliaan yang harus kita masuki dengan lapang dada. Kedua, bekali dengan ilmu, jangan dikekang namun ajarkan tanggung jawab. Mereka harus diberi kesempatan memilih, namun harus diajarkan pula bahwa mereka memiliki tanggung jawab atas semua pilihan yang diambil.
Ketiga, sediakan waktu yang cukup untuk berbagi, dan berikan kasih sayang yang memadai. Keempat, berilah mereka sarana dan wahan untuk berekspresi serta berkreasi secara Positif. Kelima, tunjukan keteladanan dan bukan hanya memberi komando. Banyak remaja yang merasa bahwa segala arahan dan bimbingan hanya sekedar angina lalu. Hal ini terjadi karena remaja tidak pernah melihat sosok ideal sebagai teladan.
*Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Bimbingan Konseling UHAMKA