Rujukan utama yang seringkali disampaikan terkait islam yang rahmatan lil’alamin adalah surah al-anbiya’ [21] ayat 107. “Tidaklah kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.”
Ayat tersebut merupakan spirit utama, ide, pengertian dasar atau makna dalam istilah Islam rahmatan lil’alamin sangat luas. Islam rahmatan lil’alamin adalah hakikat missi utama Rasulullah, yaitu menebarkan rahmat bagi seluruh isi alam semesta ini. Termasuk ke dalam kalangan manusia sebagai salah satu isi alam semesta.
Spirit Utama Islam Rahmatan lil’alamin
- Islam itu agama non diskriminasi
- Islam itu agama yang aksessabel
- Islam itu transparan
- Islam itu penuh tanggungjawab
- Islam produktif pada nilai dan amal
- Islam itu agama beroientasi pada maslahat dan manfaat
- Islam itu agama non transaksional dalam relasi kebaikan sesama manusia.
Perspektif Sejarah
Keping-keping mozaik kehidupan Rasulullah dan para sahabat sesungguhnya merupakan “oase kehidupan.” Karena kedatangan Islam di Tanah Arab pada abad ke-7 Masehi seumpama oase di padang pasir, bukan hanya soal peperangan namun juga soal perdamaian. Kehidupan para sahabat tak pernah habis untuk diuraikan dan disenyawakan menjadi nutrisi dakwah yang bergizi. Ketika peperangan menjadi jalan terakhir, tampil pria-pria hebat di medan pertempuran. Pemuda tangkas dan piawai meracik strategi untuk memenangkan setiap pertempuran, namun juga mengedepankan perdamaian, mereka adalah:
1.Khalid bin Walid
Dalam keluarga Bani Makhzum, terdapat sepasang ayah dan anak yang menjelma menjadi sosok hebat baik secara ekonomi maupun dalam keahlian berperang. Mereka tak lain adalah al-Walid bin al-Mughirah dan puteranya
Khalid bin Walid.
Tebasan pedangnya bagai hantu yang menakutkan bagi lawan. Khalid akhirnya menjadi panglima pasukan muslimin yang cerdas, pandai strategi perang dan dijuluki Saifullah al-Maslul, Sang Pedang Allah yang Terhunus.
2.Thariq bin Ziyad
Seorang panglima pasukan kaum muslimin yang gagah berani. Ia tak takut mati meski di hadapannya bersiap pasukan kaum kafir segelar sepapan seperti dalam perang melawan pasukan Ghotic ketika kapal-kapal mereka baru sampai di pinggiran pantai Andalusia.
3.Salahuddin al-Ayyubi
Sosok panglima pasukan muslim yang selain gagah di medan perang juga taat beragama. Salahuddin senantiasa bersikap ksatria dan egaliter. Salahuddin selalu mengedepannkan akhlak yang baik. Toleran dan piawai melakukan negosiasi, diplomasi dan siasat dalam peperangan.
4.Muhammad al-Fatih
Panglima yang pandai menyusun strategi. Ia berhasil menaklukan Konstantinopel. Memiliki pengetahuan yang mumpuni dalam berbagai disiplin ilmu. Menghafal al-Qur’an sejak kecil, mempelajari ilmu fikih dan filsafat. Al-Fatih senantiasa memerintahkan seluruh pasukannya untuk tidak meninggalkan shalat ketika perang.