Opini

Reorientasi Gerakan Pramuka Pada Gen Z dan Alpha

Selasa 23 April 2024 | 19:05 WIB
Oleh: Mohammad Nur Rianto Al Arif (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Beberapa waktu belakangan ini ramai pemberitaan mengenai penghapusan Pramuka dalam ekstrakurikuler di sekolah. Meskipun hal ini telah dibantah oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim. Dalam Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 bahwa Pramuka merupakan kewajiban yang perlu diselenggarakan oleh sekolah meski siswa tidak wajib ikut. Keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler termasuk Pramuka bersifat sukarela. Hal ini menurut Nadiem sejakan dengan UU No. 12 Tahun 2010 yang menyatakan Gerakan pramuka bersifat mandiri, sukarela dan nonpolitis. Tulisan ini tidak akan membahas kontroversi mengenai kebijakan baru tersebut. Tulisan ini akan membahas peran pramuka dalam membentuk karakter generasi muda terutama di generasi Z dan alpha.

Peran Pramuka

Pramuka, sebuah gerakan yang telah mengakar dalam budaya pendidikan di banyak negara, telah terbukti menjadi salah satu agen penting dalam membentuk karakter generasi muda. Dengan prinsip-prinsipnya yang mendorong kegiatan luar ruangan, keberanian, kemandirian, dan kerjasama, pramuka menjadi wadah yang ideal untuk memperkaya pembentukan karakter anak-anak dan remaja. Dalam era modern yang dipenuhi dengan tantangan kompleks, peran pramuka menjadi semakin penting dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi masa depan yang berkualitas.

Pramuka memiliki serangkaian nilai inti yang menjadi landasan utama bagi pembentukan karakter generasi muda. Salah satu nilai yang paling mendasar adalah keberanian. Melalui kegiatan-kegiatan petualangan dan tantangan di alam terbuka, pramuka mengajarkan kepada anak-anak arti sebenarnya dari keberanian: berani menghadapi ketakutan dan mengatasi hambatan. Ini membantu mereka mengembangkan ketangguhan mental yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pramuka juga mendorong kemandirian. Dengan memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk mengatur dan merencanakan kegiatan mereka sendiri, pramuka mengajarkan anak-anak untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab terhadap tindakan mereka. Kemandirian ini mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.

Kerjasama juga menjadi nilai penting dalam pramuka. Melalui kegiatan kelompok dan perkemahan, anak-anak belajar bekerja sama sebagai tim untuk mencapai tujuan bersama. Mereka belajar menghargai perbedaan dan belajar untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Ini adalah keterampilan sosial yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan di tempat kerja di masa depan.

Salah satu aspek paling kuat dari pramuka adalah pendekatan pembelajarannya yang berbasis pengalaman. Daripada hanya mendengar teori, anak-anak diajak untuk langsung terlibat dalam aktivitas yang menantang dan memberikan pengalaman langsung. Misalnya, melalui kegiatan berkemah, mereka belajar tentang keterampilan bertahan hidup, merasakan kehidupan di alam terbuka, dan memahami pentingnya pelestarian lingkungan.

Pendekatan ini tidak hanya efektif dalam memperkuat pengetahuan praktis, tetapi juga membentuk sikap positif terhadap belajar. Anak-anak belajar dengan cara yang menyenangkan dan menarik, yang membuat mereka lebih termotivasi untuk terlibat dalam pembelajaran. Ini membantu membentuk karakter mereka sebagai individu yang gemar belajar dan terbuka terhadap pengalaman baru.

Karakter Gen Z dan Alpha

Generasi Z dan Alpha adalah dua generasi yang lahir dalam era digital yang berbeda, dengan karakteristik yang unik dan memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia. Kedua generasi ini memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengubah landscape budaya, sosial, dan ekonomi, serta membawa tantangan dan peluang baru bagi masyarakat di era digital ini.

Generasi Z, yang lahir sekitar pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang sepenuhnya terhubung secara digital. Mereka terbiasa dengan teknologi digital sejak lahir, dan sering dianggap sebagai "digital natives" karena kemampuan alami mereka dalam menggunakan teknologi. Selain itu, Generasi Z cenderung terbiasa melakukan multitasking dengan menggunakan berbagai perangkat dan platform secara bersamaan.

Karena terbiasa dengan aliran informasi yang terus menerus dan cepat dari media sosial dan internet, Generasi Z sering kali memiliki tingkat perhatian yang lebih pendek. Mereka cenderung mencari konten yang singkat dan langsung, dan sulit untuk terlibat dalam konten yang memerlukan pemikiran mendalam. Banyak anggota Generasi Z memiliki minat yang tinggi dalam kewirausahaan dan kreativitas. Mereka cenderung melihat peluang di tengah tantangan, dan sering kali menggunakan platform digital untuk memulai bisnis mereka sendiri atau menyuarakan ide-ide kreatif mereka.

Sedangkan Generasi Alpha, yang lahir sekitar tahun 2010-an hingga awal 2020-an, merupakan generasi pertama yang lahir sepenuhnya dalam era digital dan terhubung secara online. Mereka tumbuh dengan perangkat pintar dan media sosial sebagai bagian alami dari kehidupan mereka. Untuk Generasi Alpha, teknologi bukan hanya alat, tetapi juga merupakan bagian dari identitas mereka. Mereka terbiasa dengan berbagai perangkat seperti smartphone, tablet, dan perangkat wearable sejak dini, dan sering kali menggunakan teknologi untuk belajar, bermain, dan berkomunikasi.

Generasi Alpha sering kali memiliki kreativitas yang tinggi dalam menggunakan teknologi untuk berbagai tujuan. Mereka cenderung memanfaatkan aplikasi dan platform digital untuk mengekspresikan diri, menciptakan konten kreatif, dan menjelajahi minat dan bakat mereka. Dengan akses mudah ke berbagai sumber daya dan konten digital, Generasi Alpha cenderung terlibat dalam pembelajaran yang lebih interaktif dan visual.

Penanaman Nilai Pramuka di Gen Z dan Alpha

Penanaman nilai-nilai Pramuka di Generasi Z dan Alpha menjadi tantangan tersendiri mengingat kedua generasi ini tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Namun, nilai-nilai yang diusung oleh Pramuka memiliki relevansi yang kuat dalam membentuk karakter dan sikap positif pada kedua generasi ini.

Penanaman nilai kemandirian dan keterampilan hidup menjadi kunci dalam Pramuka, dan nilai-nilai ini tetap relevan bagi Generasi Z dan Alpha. Melalui kegiatan-kegiatan seperti berkemah, memasak di alam terbuka, atau merencanakan perjalanan, Pramuka dapat mengajarkan kedua generasi ini tentang pentingnya mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki keterampilan praktis untuk menghadapi berbagai situasi.

Pramuka menekankan pentingnya kepemimpinan yang baik dan kemampuan untuk bekerja sama dalam tim. Generasi Z dan Alpha dapat diajak untuk memimpin kegiatan, merencanakan proyek bersama, dan belajar bagaimana berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang efektif dan memahami pentingnya bekerja dalam kelompok.

Pramuka mendorong anggotanya untuk menjadi individu yang baik, jujur, dan peduli terhadap orang lain. Ini melibatkan pembelajaran tentang nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, dan empati. Melalui kegiatan sosial, pelayanan masyarakat, atau proyek amal, Generasi Z dan Alpha dapat belajar tentang pentingnya memberi kembali kepada masyarakat dan membantu mereka yang membutuhkan.

Pramuka merupakan gerakan yang menghormati keberagaman dan mendorong persatuan antarindividu dari berbagai latar belakang. Dalam dunia yang semakin terhubung secara global, nilai-nilai persatuan, kerjasama, dan perdamaian menjadi sangat penting. Generasi Z dan Alpha dapat belajar tentang nilai-nilai ini melalui kegiatan yang mempromosikan toleransi, kerjasama lintas budaya, dan penghargaan terhadap perbedaan.

Mengingat Generasi Z dan Alpha merupakan generasi yang melek teknologi, Gerakan Pramuka pun perlu beradaptasi dengan hal tersebut. Salah satu cara utama di mana gerakan Pramuka beradaptasi dengan era digital adalah dengan memanfaatkan teknologi dalam pelatihan dan pembelajaran. Berbagai platform digital seperti aplikasi mobile, situs web, dan platform e-learning digunakan untuk menyediakan materi pembelajaran, tutorial, dan modul pelatihan bagi anggota Pramuka. Hal ini memungkinkan anggota untuk belajar secara mandiri dan menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan minat mereka.

Selain itu, Pramuka menggunakan teknologi untuk memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antara anggota, pemimpin, dan komunitas Pramuka. Grup media sosial, forum online, dan aplikasi pesan instan digunakan untuk berbagi informasi, koordinasi kegiatan, dan membangun jaringan antar anggota. Hal ini memperkuat rasa persaudaraan dan kebersamaan di antara anggota Pramuka, meskipun mereka terpisah secara geografis.

Adaptasi gerakan Pramuka di era digital adalah langkah penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai dan misi Pramuka tetap relevan dan dapat diakses oleh generasi muda modern. Dengan memanfaatkan teknologi, Pramuka mampu menyediakan pengalaman pembelajaran yang lebih dinamis, memperkuat komunikasi dan kolaborasi, mengakomodasi pembatasan fisik, dan mengembangkan literasi digital di antara anggotanya.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pramuka ke dalam pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan Generasi Z dan Alpha, Pramuka dapat terus menjadi wadah yang efektif dalam membentuk karakter, sikap positif, dan kepemimpinan yang baik pada generasi muda di era digital ini.

Berdasarkan pada penjelasan diatas, sudah selayaknya Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 bahwa Pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang tidak wajib diikuti oleh siswa perlu ditinjau kembali. Di sisi lain, Pengurus Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang baru saja dilantik dibawah kepemimpinan Budi Waseso perlu membuat inovasi gerakan yang mampu menarik Gen Z dan Alpha untuk terlibat dalam kegiatan Pramuka secara aktif dan bahagia.

Penulis adalah Mohammad Nur Rianto Al Arif (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Berita Terkait

Komentar